TRADISI LELUHUR YANG SYIRIK

Menyediakan SESAJI atau yang juga dikenal dengan sebutan SESAJEN sudah sangat melekat dan akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat muslim di Negeri +62.

Di mana-mana dari pelosok sampai di kota-kota besar, tidak saja terbatas dikalangan masyarakat bawah, masyarakat kalangan atas dan berpendidikanpun telah terbiasa menyiapkan SESAJI berkaitan dengan waktu-waktu atau kegiatan-kegiatan tertentu yang mereka selenggarakan.
Kebanyakan orang merasa belumlah lengkap di dalam sesuatu pelaksanaan acara tanpa disiapkannya SESAJI. Sehingga tidak ada satu acarapun yang diselenggarakan orang tanpa mempersiapkan pula SESAJI.
Mereka-mereka yang sudah terbiasa dengan SESAJI merasa kurang percaya diri, mereka sering merasa was-was akan kemungkinan tidak lancarnya atau kemungkinan akan datangnya gangguan atas acara hajatan yang mereka lakukan apabila tidak menyediakan SESAJI terhadap sesuatu yang mereka takuti.
SESAJI yang disiapkan orang selain kelengkapan dalam suatu upacara, juga dipersiapan SEBAGAI BENTUK PERSEMBAHAN KEPADA ROH-ROH PARA LELUHUR DAN MAKLUK HALUS/JIN agar para roh-roh dan makhluk halus/jin tersebut dapat memberikan perlindungan, memberikan pertolongan dan tidak mengganggu kepada manusia.
Secara priodik setahun sekali diselenggarakan pemberian SESAJI yang melibatkan seluruh penduduk suatu kampung dengan hajatan dalam bentuk melarungkan SESAJI ketengah sungai atau laut dalam upacara sedekah laut , oleh masyarakat nelayan di pesisir. Sedangkan para petani biasanya secara bersama-sama menyelenggarakan hajatan sedekah bumi.
Menyiapkan sesaji yang dilakukan oleh sebagian masyarakat disebut-sebut sebagai tradisi warisan para leluhur yang patut dilestarikan disebabkan adanya keyakinan di dalam pemberian SESAJI tersebut dinilai mengandung nilai-nilai yang sakral yang terkait dengan ibadah dan kepercaya'an.
Pemberian SESAJI ada pula yang terkait dengan penyembuhan penyakit. Selain itu pula yang memberikan SESAJI terhadap benda-benda pusaka yang dikeramatkan, sebagai bentuk pemberian makan kepada benda-benda pusaka dan keramat . Sebab mereka berkeyakinan apabila benda-benda pusaka tersebut tidak diberi makan akan menjadikan mereka kualat, menjadi celaka dan mendapatkan kutukan.
Saudara/i ku, sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh tertentu atau penunggu tempat (pohon, batu, persimpangan) dan lain-lain yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan menolak kesialan.
Seperti : Upacara menjelang panen yang mereka persembahkan kepada Dewi Sri (dewi padi dan kesuburan) yang mungkin masih dipraktekkan di sebagian daerah Jawa, upacara Nglarung (membuang kesialan) ke laut yang masih banyak dilakukan oleh mereka yang tinggal di pesisir pantai selatan pulau Jawa tepatnya di tepian Samudra Indonesia yang terkenal dengan mitos Nyi Roro Kidul dan Labuhan gunung untuk memberi sajian kepada para roh halus dan dedemit penghuni gunung.
Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa pemberian SESAJI merupakan hal biasa, bahkan dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagama'an. Sehingga diyakini pula apabila suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi SESAJI lalu pada suatu pada sa'at tidak diberi SESAJI maka orang yang tidak memberikan SESAJI akan kualat (celaka, terkena kutukan).
Anehnya perbuatan yang sebenarnya pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme serta dari agama Hindu dan Budha ini masih marak dilakukan oleh orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini membuktikan pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/fitrah meyakini adanya penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu, mengeluh, berlindung, berharap dan lain-lain.
Fitrah inilah yang mendorong manusia terus mencari Penguasa yang maha besar.....???. Pada akhirnya ada yang menemukan batu besar, pohon-pohon rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan lain-lain, lalu di agungkanlah benda-benda tersebut.
Pengagungan itu antara lain diekspresikan dalam bentuk sesajen yang tak terlepas dari unsur-unsur berikut : menghinakan diri, rasa takut, berharap, tawakal, do'a dan lainnya. Unsur-unsur inilah yang biasa disebut dalam islam sebagai ibadah.
Sesungguhnya seorang muslim telah mempunyai tuntunan syari'at yang bersumber dan al-Qur’;an dan as-Sunnah, yang mewajibkan kepada seluruh hamba Allah Ta'ala hanya tunduk, ta'at dan sujud kepada Allah Ta'ala melalui ibadah yang telah digariskan yang hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta'ala yang Maha Esa yang Tidak ada Sekutu bagi-Nya, sehingga apabila seorang muslim masih mempunyai rasa takut kepada selain Allah Ta'ala, meminta pertolongan dan perlindungan kepada selain Allah Ta'ala yang diwujudkan dengan memberikan persembahan berupa SESAJI, maka berarti yang bersangkutan telah menyekutukan Allah Ta'ala dengan selain Dia, ini namanya Syirik dan pelakunya disebut sebagai Musyrik.
Kebiasa'an ini sudah ada sejak zaman Jahiliyah sebelum Allah Ta'ala mengutus Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk menegakkan Tauhid dan memerangi Syirik dalam segala bentuknya.
Semoga yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa'at untuk kita semua.

Mari kita hargai dan hormati agama hindu dan budha dengan tidak mencomot ritual mereka, seperti budaya wayang jika di comot oleh negara lain maka kita sendiri sebenarnya tidak terima, bagi saudara saudari kita umat hindu dan budha ritual itu suci sehingga biarkanlah dalam kontek toleransi, tapi menurut kontek Islam sendiri adalah syirik maka kita ambil kontek dari islam saja yaitu syirik dan harus ditinggalkan.
Barakallahu fiikum.

No comments:

Post a Comment